12 Pinggul yang Lebih Lebar. Perubahan fisik pada masa pubertas perempuan selanjutnya, pinggul anak perempuan Moms akan semakin lebar dan pinggangnya mungkin akan semakin kecil seiring dengan perjalanan pubertasnya. Kadang-kadang, anak perempuan mulai mengalami pubertas sangat awal atau sangat terlambat.
Berikutadalah daftar perubahan emosional yang kemungkinan akan dialami anak Anda selama masa pubertas. 1. Perubahan yang terjadi karena perubahan fisik. Timbulnya masa puber memicu perkembangan organ seksual sekunder dalam tubuh. Perubahan-perubahan ini dapat secara lahiriah seperti perkembangan payudara dan lekuk pada anak perempuan, dan
Pubertasmerupakan periode dalam rentang perkembangan pada saat anak anak berubah menjadi makhluk aseksual menjadi seksual. Kata pubertas sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti usia kedewasaan. Pada masa anak anak akan mengalami kematangan organ reproduksi serta mengalami perubahan dalam pertumbuhan fisik dan juga psikologis.
3 Jerawat. Jerawat akan mudah muncul pada wajah atau daerah kulit lainnya. 4. Growth spurt. Anak gadis saat memasuki masa pubertas biasanya akan mengalami pertumbuhan badan yang pesat du mana tingi badan bisa meningkat pesat. 5. Pinggul membesar. Pinggul membesar dan disertai dengan meningkatnya jaringan lemak tubuh adalah salah satu tanda
12Perubahan Fisik pada Masa Pubertas Perempuan, Wajib Tahu! Emosinya yang cenderung naik dan turun bisa jadi salah satu tanda, lho! 0. 0. Simpan. Termasuk Takut Ketinggian dan Ruang Sempit! Kesehatan. 7 Rekomendasi TK di Medan Terbaik untuk Pendidikan Anak. Balita dan Anak.
Perubahanyang Terjadi pada Masa Pubertas Anak Perempuan. Perubahan fisik pada masa pubertas anak perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesterone yang menyebabkan perubahan sebagai berikut. Payudara semakin besar. Alat reproduksi, seperti rahim, vagina, dan tuba falopi mulai berkembang. Mulai mengalami keputihan dan menstruasi.
9Fase Perkembangan Psikis pada Masa Pubertas. Melansir dari buku 1001 Cara Bicara Orang Tua dari BkkbN dan John Hopkins Center for Communication Programs, dijelaskan bahwa pada fase awal anak mengalami pubertas, mereka cenderung lebih tertarik pada keadaan yang terjadi saat ini dibandingkan dengan apa yang menanti di masa depan.
Jb6Id. ArticlePDF Available Abstract and FiguresAdolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara sekuensial. Pada anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja adolescent dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormonal pada masa remaja ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Artikel Asli21Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Adolesen remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan seksama. Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, sedangkan anak perempuan dengan ovulasi. Di samping itu, juga terjadi perubahan psikososial anak baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis. Perubahan-perubahan tersebut juga dapat menyebabkan hubungan antara orangtua dengan remaja menjadi sulit apabila orangtua tidak memahami proses yang terjadi. Perubahan perkembangan remaja ini yang dapat diatasi jika kita mempelajari proses perkembangan seorang anak menjadi teknik komunikasi klinik khusus untuk melakukan anamnesis terhadap remaja, sedangkan pada pemeriksaan fisik diperlukan ruangan khusus terutama untuk melakukan penilaian pubertas. Untuk melakukan pengobatan yang efektif tentunya Adolescent Development Perkembangan RemajaJose RL BatubaraDepartemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, JakartaAdolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara sekuensial. Pada anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja adolescent dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormonal pada masa remaja ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek. Sari Pediatri 2010;12121-9.Kata kunci adolescent development, remaja, pubertasAlamat korespondensiDr. Jose Batubara, PhD. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jl. Salemba 6 Jakarta. Telp/fax 021-3915712. 22Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010dokter memerlukan pengetahuan tentang proses perkembangan remaja, seperti integritas, kerahasiaan serta pola hubungan anak dengan keluarganya agar kepatuhan dalam pengobatan dapat hormonal pada pubertasPubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone GnRH dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Gonadotropin releasing hormonedisekresikan dalam jumlah cukup banyak pada saat janin berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20 minggu dan kemudian menurun pada saat akhir Hal ini diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan balik hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus–hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap Gambar 1.1,2Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan Secara genetik terdapat berbagai teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen GPR54 dapat menyebabkan terjadinya hipogonadotropik hipogonadisme idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54 menyebabkan volume testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina menyebabkan terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap awitan Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas Leptin, suatu hormon yang dihasilkan di jaringan lemak white adipose yang mengatur kebiasaan makan dan termogenesis diperkirakan juga berperan dalam mengatur awitan pubertas. Pada keadaan puasa kadar leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin. Penemuan ini menunjang hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan pubertas. Pada penelitian selanjutnya ternyata hal ini masih dipertanyakan karena kadar leptin tetap stabil selama pre-dan pasca samping itu terdapat berbagai faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi awitan pubertas, seperti pertumbuhan janin intrauterin, migrasi ke negara lain, dan faktor lingkungan saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas akan terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang Pada awalnya GnRH akan disekresi Gambar 1. Aksis hipotalamus–hipofisis–gonad pada anak perempuanInhibisiReleasing hormoneOvulasiHipotalamusHipofisisFolikel Ovarium KorpusluteumEstrogenStimulasiProgesteron Estrogen 23Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010dimulai dengan peningkatan LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya akan merangsang pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron yang dihasilkan oleh sel periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan growth hormone/GH. Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-laki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan fisik pada pubertasPada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat pacu tumbuh, perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan Gambar 2 dan 3. Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan pertambahan secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun. Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone LH dan follicle stimulating hormone FSH. Hal ini terlihat dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang pulsatil terus berlanjut sampai awal anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron DHEA mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal sekretori.10,11 Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron. Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine hCG, korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah anak laki-laki, perubahan hormonal ini 24Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan peak height velocity pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid seks. Perubahan komposisi lemak tubuh metode Tenner tertera pada Tabel seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi Tabel 1. Perubahan komposisi lemak tubuh selama pubertas 10Stadium Tanner Persentase lemak tubuhPerempuanTanner ITanner IITanner IIITanner IV Tanner V15,718,921,626,726,7Laki-lakiTanner ITanner IITanner IIITanner IVTanner V14,311,211,211,211,2Gambar 2. Perubahan fisik pada anak laki-laki selama pubertasGambar 3. Perubahan fisik pada anak perempuan selama pubertas 25Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun Tabel 2. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan tinggi anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun Tabel 3. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak sebelum Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 pubertasProses pubertas terjadi secara berurutan dengan sekuens yang hampir sama. Secara umum tahapan pubertas tertera pada Tabel 2 dan Gambar 4 menurut 2. Tahap perkembangan pubertas anak pada laki-laki menurut TannerGambar 4. Tahapan pubertas pada anak laki-laki menurut Tanner 26Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Perubahan psikososial selama pubertasPerubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung secara lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Sebaliknya pada orangtua keadaan ini dapat menimbulkan konflik bila proses anak menjadi dewasa ini tidak dipahami dengan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal early adolescent, pertengahan middle adolescent, dan akhir late adolescent.14,17-19 Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder. 14,17-19 Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan Tabel 3. Tahap perkembangan pubertas anak pada perempuan menurut TannerGambar 5. Tahapan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner 27Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010psikologis seperti,xKrisis identitas, xJiwa yang labil,xMeningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,xPentingnya teman dekat/sahabat,xBerkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar,xMenunjukkan kesalahan orangtua,xMencari orang lain yang disayangi selain orangtua,xKecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, danxTerdapatnya pengaruh teman sebaya peer groupterhadap hobi dan cara fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama. 14,17-19Periode selanjutnya adalah middle adolescentterjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut,xMengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,xSangat memperhatikan penampilan, xBerusaha untuk mendapat teman baru,xTidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,xSering sedih/moody,xMulai menulis buku harian,xSangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif, danxMulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua. Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role modeldan mulai konsisten terhadap cita-cita. 4,17-19Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain,xIdentitas diri menjadi lebih kuat,xMampu memikirkan ide,xMampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata,xLebih menghargai orang lain,xLebih konsisten terhadap minatnya,xBangga dengan hasil yang dicapai,xSelera humor lebih berkembang, danxEmosi lebih fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan. 4,17-19Tempo pubertasTanda awal pubertas adalah meningkatnya volume testis pada anak laki-laki dan timbulnya penonjolan pertama areola dan papila payudara pada perempuan. Pada anak perempuan keadaan tersebut akan segera diikuti terjadinya pacu tumbuh, sedangkan pada anak laki-laki pacu tumbuh terjadi pada bagian kedua dari proses Menarke terjadi sekitar 2-3 tahun setelah awal pubertas. Pertumbuhan rambut aksila dan rambut pubis tidak merupakan petanda pubertas yang baik karena keadaan ini lebih banyak dipengaruhi oleh steroid yang dihasilkan oleh status sosial ekonomi tampaknya mempengaruhi proses pubertas. Di Belanda pada abad ke 16 -18 menarke dilaporkan terjadi pada usia 14-15 tahun dan jarang sekali terjadi di bawah usia 13 Pada tahun 1928, menarke timbul lebih awal yaitu pada usia 13,7 tahun, sedangkan pada tahun 1965 menarke terjadi pada usia 13,4 tahun. Survei pada tahun 1980, usia menarke menjadi 13,3 tahun dan pada tahun 1997 terjadi pada usia 13,1 Studi Keizer22 juga menunjukkan bahwa awitan pubertas timbul lebih lama, pada tahun 1980 pertumbuhan payudara terjadi pada usia 10,5 tahun, sedangkan pada tahun 1997 awitan pubertas timbul pada usia 10,7 tahun. Di Amerika Serikat, terjadi sebaliknya, usia awitan pubertas menjadi lebih dini pada anak laki-laki dan perempuan terutama ras kulit payudara terjadi pada usia 7 tahun pada 5% anak kulit putih dan 15% pada anak kulit hitam. 28Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Perubahan tersebut diperkirakan karena meningkatnya indeks massa tubuh, seperti pada anak overweightyang mengalami menarke lebih cepat karena estrogen yang disimpan pada jaringan lemak menyebabkan peningkatan bioaktifitasnya. Walaupun demikian di Amerika Serikat menarke rata-rata terjadi pada usia 12,7 tahun dan ini tidak berubah dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut memperlihatkan melambatnya proses pubertas yang penelitian di Indonesia pada tahun 2005 di tujuh propinsi didapatkan usia menarke bervariasi dari 12,5 sampai 13,6 tahun dengan pertumbuhan indeks massa tubuh bervariasi dari 18,6 sampai 19, menjadi dewasa akan dilalui setiap anak dalam pertumbuhannya, meliputi berbagai aspek di antaranya aspek hormonal, aspek fisik, dan aspek psikososial. Pada anak laki-laki awitan pubertas terjadi pada usia sembilan tahun, sedangkan pada anak perempuan terjadi pada usia delapan tahun, masing-masing ditandai oleh pembesaran testis dan pertumbuhan tunas payudara. Berbagai teori dikemukakan tentang awitan pubertas akan tetapi belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor yang menginisiasi pubertas. Proses pubertas dilalui secara sekuensial dengan urutan yang hampir sama. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja adolescent dibagi dalam tiga tahap yaitu early, middle, dan late adolescent dengan karakteristiknya SL, Grumbach MM. Pituitary and placental gonadotropins and sex steroid in the human and sub human primate fetus. Clin Endocrinol Metab 1978;7 CDG. Mechanism of Puberty. Horm Res 1999;51 de Waal HA, van Coeverden SC, Engelbert MT. Factors affecting onset of puberty. Horm Res 2002;57 SB, Messager S, Chatzidaki EE, Trescher RR, Acierno JS, Shagoury JK,dkk. The GPR54 gene as a regulator of puberty. N Engl J Med 2003;349 RE, Revelle R. Height and weight at menarche and a hypothesis of menarche. Arch Dis Child 1971;46 CC, Thornton JE, Nurani SD, Clifton DK, Steiner RA. A reassessment of leptin’s role in triggering the onset of puberty in the rat and mouse. Neuroendocrinology 2001;74 MJ, Houdijk ME, Pop Snijder C, Lips P, Dellemarre-van de Waal HA. The effect of intrauterine growth retardation and postnatal undernutrition on onset of puberty in male and female rats. Pediat Res 2000;48 SR, Lomniczi A, Mastronardi C, Heger S, Roth C, Parent AS. The neuroregulation of puberty is the time ripe for a system biology approach? Endocrinology 2006;147 de Waal HA. Central regulation of human puberty [Disertasi]. De Broer Nieuwkoop Vrije Universiteit Te Amsterdam,1984. JR, Forerst MG. Normal pubertal development. Dalam Bertrand J, Rappaport R, Sizonenko PC, penyunting. Pediatric Endocrinology. Edisi ke 2. Baltimore William; PK, Sondheimer SJ. Menstrual disorder. Ped Rev 1997;18 DM. The regulation of pubertal growth. Horm Res 2003;60 JM. Foetus into Man. Edisi ke-2. Inggris Castlemead Publication, L. The fundamental changes of adolescent biological transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari JRL. Age et menarche and differences in several region of Indonesia [Tesis]. Unpublished D, Viner R. ABC of adolescent adolescent development. BMJ 2005;30 Academy of Child Psychiatry. Adolescent development transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari LM. Adolescent development transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari A. Adolescent growth and development transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari pubs/family/ de Waal. Secular trend of timing of puberty. Dalam Delemarre-van de Waal, penyunting. Abnormalities in Puberty. New York Karger, JM. A History of study of human growth. 29Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Cambridge University Press, Keizer de SM, Mul D. Trends in pubertal development in Europe. Hum Reprod Update 2001;7 PB, Slora EJ, Wasserman EC, Pedlow SE, Herman-Giddens ME. Earlier onset of puberty in girl relation to increased body mass index and race. Pediatrics 2001;108347-53. ... Adolescence atau remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi individu yang dewasa. Pada periode ini terjadi berbagai perubahan baik dalam aspek hormonal, fisik, psikologis, ataupun sosial [5]. Perubahan tersebut terjadi dengan cepat dan biasanya jarang disadari oleh individu. ...... Perubahan fisik yang terjadi secara cepat dan berkelanjutan dapat menyebabkan remaja sensitif terhadap kondisi tubuhnya. Selain itu, perubahan yang dialami dapat menimbulkan anxiety dalam diri remaja [5]. ...Riris RistianaSalma Salsabila PrayiitnoEricha Gadis WidowatiDewi Retno SuminarKecemasan merupakan mood negatif yang berhubungan dengan perasaan bahwa segala sesuatu dapat berjalan buruk. Terdapat faktor resiko atas terjadinya anxiety pada indiviidu tak terkecuali pada remaja Intervensi merupakan hal yang sangat penting untuk mengatasi risiko tersebut, sehingga kami merencanakan promosi kesehatan mental melalui psikoedukasi. Bentuk kegiatan intervensi promotif yaitu psikoedukasi dalam bentuk promosi kesehatan mental melalui media Instagram melalui kesiapan kognitif dengan pemberian pemahaman serta informasi baru. Sasaran dari kegiatan webinar ini adalah remaja yaitu individu yang berusia 12-18 tahun. Sasaran peserta pada psikoedukasi ini adalah individu yang mengalami kecemasan, selain itu peserta psikoedukasi juga terdiri dari individu yang tidak mengalami kecemasan sebagai langkah preventif. Berdasarkan hasil intervensi psikoedukasi terkait anxiety, memperoleh hasil bahwa intervensi ini berhasil untuk meningkatkan pengetahuan audiens terkait anxiety. Hal ini didukung dengan hasil post-test audiens yang hasilnya mengalami peningkatan dibanding dengan pre-test... The older a person is, the more comprehension and mindset will develop which further lead to better knowledge and attitudes 14 . According to Batubara, the age of 15-18 years is the period when adolescents begin to develop behavioral maturity, learn to control impulsivity and can make early decisions related to the vocational goals to be achieved 15 . ...... One of the three components is the cognitive component, namely the depiction of something that is believed by an attitude owner and relates to individual perceptions, knowledge and beliefs. The cognitive component includes stereotyped beliefs regarding something opinions, especially those related to controversial issues or cases 15 . The study finding is also in accordance with a study conducted by Tambunan 2020 which revelaed that there was a correlation between knowledge and attitude of female adolescents towards underage marriage with a p-value of 17 . ...Yunita EriskaFitri FujianaSuhaimi FauzanThe rate of early marriage in West Kalimantan in 2018 occupied the 14th place with a percentage of while in 2020 it increased to 24%. A study conducted at Kubu Raya District in 2014, showed that there were of 88 prospective brides in the work area of Sungai Kakap Community Health Center who experienced unwanted pregnancies. The results of the Program Performance and Accountability Survey SKAP in 2019 showed that 63 out of 1,000 women in the age range of 15-19 years had given birth. This problem is also related to the incidence of unwanted pregnancies in West Kalimantan which reached as reported in the 2019 SKAP survey data. This study aims to identify and analyze the correlation between the level of knowledge and attitude related to early marriage among female students at SMAN 1 of Sungai Kakap. This was a quantitative study using the cross sectional method. The study samples were selected using purposive sampling technique which obtained 81 respondents. The data collection instruments applied here were a questionnaire related to the level of knowledge regarding early marriage and a questionnaires related attitude regarding early marriage. The data collected were analyzed based on the frequency distribution and statistical test of the Spearman correlation test. The study findings based on the Spearman test obtained a significance value or p-value= < and the correlation coefficient value of Someone with a good level of understanding about early marriage would also have good character or an unsupportive attitude regarding underage marriage. Thus, it can be concluded that there was a significant correlation between the level of knowledge and attitude regarding early marriage among female students at SMAN 1 of Sungai Kakap. It is expected that the study finding can be applied as a guide for conducting further research, especially regarding the correlation between the level of knowledge and attitude regarding early marriage among female adolescents, as well as the basis for community service.... Selain itu juga, remaja mempunyai ciri khas yaitu rasa ingin tahu yang besar, suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan petualangan, berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa berpikir panjang Masni & Hamid, 2018. Perubahan sosial yang umumnya adalah perasaan yang tidak stabil, pentingnya teman dekat/sahabat/peer group, berusaha mencari orang lain untuk disayangi selain kedua orang tua, dan masa-masanya mencari jati diri Batubara, 2016. Remaja bisa saja mengalami kebingungan identitas jika remaja memaksakan suatu identitas dan tidak mampu mencapainya Ekawati, Saputra, Periantalo, & Fadzlul, 2016 Arista, 2015. ...Background Risky sexual behavior that is generally carried out by adolescents is an activity that is often carried out when dating, namely holding hands, kissing, and petting and having sex while dating. The increasing percentage of teenagers who have had premarital sex will also increase the negative impacts that can occur, such as teenage pregnancy, sexually transmitted infections, to social impacts in society. AimThe purpose of this study was to identify risky sexual behavior in adolescents in Banyumas Regency. Methods This research is a quantitative research with cross sectional research design. The sample of this research is junior high school, high school and vocational school students who attend school in Banyumas Regency. The sampling technique with probability stratified random sampling has been used and obtained 452 respondents. Results The result show the respondents with risky sexuality were 251 respondents It is known that 231 teenagers with unsafe risky sexual behavior and 20 teenagers with unsafe behavior Most 251 respondents have held hands with their partners hugged their partners' bodies masturbated and hugged their partners Conclusion The high percentage of adolescents who have had premarital sexual intercourse will also increase the adverse effects that can occur, such as teenage pregnancy, sexually transmitted infections, to social impacts in society.... 17 Hal ini pun berlaku untuk sikap yang dialami oleh remaja dalam masa pandemi COVID-19. 18 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan pelajar tentang COVID-19 sebagian besar termasuk dalam kategori baik. Hasil ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMA memiliki pengetahuan yang baik terkait COVID-19. ...Pandemi COVID-19 sampai saat ini masih menimbulkan banyak problematika seperti masalah ekonomi, pendidikan, dan kematian. Kondisi pandemic berdampak bagi sluruh golongan umur manusia tak terkecuali pelajar SMA. Di sisi lain terdapat permasalahan penting untuk dikaji lebih jauh yaitu mengenai kesehatan mental pada pelajar SMA berupa gangguan kecemasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap akibat terjadinya pandemi COVID-19 terhadap gangguan kecemasan yang dialami oleh pelajar SMA/sederajat di Kota Yogyakarta. Desain penelitian menggunakan cross sectional study dengan mengambil 137 pelajar sebagai responden yang berusia 15-19 tahun pada 6 SMA/sederajat di Kota Yogyakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling dengan pengumpulan data menggunakan angket online. Sebagian besar pelajar memiliki pengetahuan 66% dan sikap yang baik 71%, sedangkan gangguan kecemasan termasuk dalam tingkatan yang sedang 68%. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan P-value = 0,273 dan sikap P-value = 0,092 terhadap gangguan kecemasan, namun secara simultan kedua faktor tersebut memiliki hubungan terhadap gangguan kecemasan P-value = 0,049 walaupun tidak signifikan 7,5%. Pengetahuan dan sikap pelajar terkait COVID-19 bukan penyebab utama dalam timbulnya kecemasan walaupun memiliki pengaruh.... Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terbentuknya beberapa perubahan psikologis diantaranya jiwa yang labil, berartinya teman dekat/sahabat, mencari orang tersayang lainnya bukan hanya orangtua, cenderung berperilaku kekanak-kanakan, serta adanya pengaruh teman sebaya peer group terhadap hobi dan cara mereka berpakaian. Batubara, 2016. ...Afifah Nurfadhilah HasnaAndhita Nurul KhasanahAdolescence is a period of transition from childhood to adulthood. One of the transitions felt by adolescence is when they start entering junior high school, especially those who continue their education to Islamic Boarding Schools. Islamic Boarding Schools is an educational model that has distinctive characteristics with very busy daily activities starting when students wake up until students go back to sleep and have almost the same schedules every day. Student will be able to live the busy daily life by applying mindfulness. The purpose of this study was to obtain empirical data regarding mindfulness in early adolescents of Islamic Boarding School students. The method used in this research was descriptive statistical analysis. The measuring instrument used was the Child and Adolescent Mindfulness Measure CAMM to measure the level of mindfulness in 340 student respondents who came from 6 Islamic Boarding Schools in West Bandung City and selected through a Two Stage Cluster Sampling. The results showed that 189 students had low levels of mindfulness M= SD= and 151 students had high levels of mindfulness M= SD= Abtrak. Masa remaja ialah masa transisi dari kanak-kanak hingga dewasa. Salah satu transisi yang dirasakan oleh remaja adalah ketika mereka mulai memasuki sekolah menengah pertama, terlebih lagi bagi remaja yang melanjutkan sekolahnya ke pondok pesantren. Pesantren adalah model pendidikan yang memiliki karakteristik khas dengan keseharian yang sangat padat sekali dimulai ketika bangun tidur hingga santri tidur kembali dan jadwal yang hampir sama setiap harinya. Santri akan dapat menghayati keseharian yang padat tersebut dengan menerapkan mindfulness. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data empiris mengenai mindfulness pada remaja awal santri pondok pesantren. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Pada penelitian ini memiliki partisipan sebanyak 340 santri yang berasal dari 6 pondok pesantren di Kota Bandung Bagian Barat. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah Two Stage Cluster Sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat mindfulness adalah alat ukur Child and Adolescent Mindfulness Measure CAMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 189 santri memiliki tingkat mindfulness yang rendah M= SD= dan sebanyak 151 santri memiliki tingkat mindfulness yang tinggi M= SD= Orang tua merupakan lingkungan pertama yang dimiliki anak dan anak memiliki bawaan genetik yang dimiliki orang tua. Perilaku yang dimiliki anak secara tidak langsung akan menjadi model bawaan yang nantinya berdampak pada respon yang dimunculkan anak ketika mendapatkan Batubara, 2010;Desmita, 2016;Nashih'Ulwan, 2017 Faktor orang tua memiliki peranan penting dalam membentuk perilaku anak pada masa awal awal perkembangan. ...Ardhian Indra DarmawanTitih HuriahRelated Research spiritual intelligence of parents with emosioal status and sexual behavior of teenagers. The purpose of knowing the relationship of sexual behavior and emotional status of adolescents with the spiritual intelligence of parents in work area Puskesmas Kasihan I. This study used a mix method design with sequential explanatory. Quantitative respondents were 132 adolescents and parents. Analysis of the data used in this quantitative study was control tau. The qualitative participants were 11 teenagers. Research interviews were conducted on 11 student participants who were taken by purposive sampling and qualitative data analysis using invivo software. The instrument used was the Spiritual Self-Report Inventory SISRI, Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ, Sexual Behavior. Qualitative instruments use interview guides, telephone and observation sheets. The results showed that 101 adolescents with abnormal emotional status, 15 boderlines, 4 normal respondents. Adolescent sexual behaviors that are positive or active are 44 teenagers and 89 adolescents are negative or inactive behaviors. Found three factors that influence the emotional status and sexual behavior of adolescents, namely the role of moral education from parents, social control and adolescent self-control ability. The role of parents, the environment and adolescent self control affect the emotional status and sexual behavior of Belakang Proporsi penduduk di negara-negara berkembang hampir separuhnya adalah remaja dengan rentang usia 10-18 tahun. Berdasarkan data WHO 1,2 milyar atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia adalah kelompok remaja. Dari 18% jumlah tersebut sebagian besar berada di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan usia remaja 10-19 tahun 43,5 juta jiwa 18% dari total penduduk Indonesia. Masa remaja adalah masa antara kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada tahap ini akan mengalami perubahan signifikan secara fisik dan psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan reproduksi pada remaja perempuan dan layanan kesehatan reproduksi yang sesuai serta dapat diakses selama masa pandemik covid-19. MetodePenelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yang diambil adalah remaja usia 10 – 14 tahun di Kabupaten Lebak. Sampel diambil berdasarkan purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 112 remaja putri. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan Chi-square. Hasil Terdapat hubungan antara berbicara tentang menstruasi dengan persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi p=0,006. Responden yang pernah membicarakan menstruasi sebagian besar responden mempunyai persepsi yang baik tentang kesehatan reproduksi. Namun, untuk berbicara tentang menstruasi dengan pilihan layanan kesehatan reproduksi tidak terdapat hubungan p=0,757. Hampir semua responden baik yang belum pernah maupun sudah pernah membicarakan tentang menstruasi sebagian besar memilih layanan di keluarga. Hal ini karena kesehatan reproduksi adalah hal yang sensitive untuk dibicarakan sehingga remaja cenderung memilih bicara atau mendapatkan layanan di keluarga dan orang terdekat. Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bicara tentang menstruasi dengan persepsi remaja tentang kesehatan ZiyaAchmad ChusairiRemaja merupakan masa perpindahan atau transisi dari fase anak ke fase dewasa. Di dalam masa transisi ini remaja akan mengalami perubahan dalam hal kognitif, fisik, atau emosional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kelekatan orang tua dan school environment terhadap academic self efficacy. penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan subjek penelitian 220 remaja tengah usia 16-18 tahun. Alat ukur yang digunakan Patterns of Adaptive Learning Scales oleh Anderman, The Inventory of Parent and Peer Attachment oleh Armsden dan Greenberg, dan What’s Happening In This School? questionnaire oleh Aldridge dan Ala’i. Teknik analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan aplikasi IBM SPSS Statistic 22 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi kelekatan orang tua terhadap academic self efficacy adalah 0,838. Nilai signifikansi school environment terhadap academic self efficacy adalah 0,000. Sedangkan secara simultan nilai signifikansi kelekatan orang tua dan school environment adalah 0,000 yang menunjukkan terdapat pengaruh kelekatan orang tua dan school environment terhadap academic self public speaking merupakan satu dari sekian banyak kemampuan yang harus dimiliki oleh anggota OSIS SMA Pangudi Luhur Servatius Kampung Sawah Bekasi. Kegiatan pelatihan public speaking ini bersifat pengembangan diri dengan tujuan melatih keterampilan public speaking dan menanamkan nilai kepangudiluhuran dalam diri para peserta. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretari STIKS Tarakanita Jakarta dengan SMA Pangudi Luhur II Servatius Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat. Pelatihan dilaksanakan melalui media Zoom Cloud Meeting secara online. Hasil dan temuan yang diperoleh dari pelatihan ini adalah 1 peserta mempunyai pengetahuan baru yang memadai tentang fungsi tujuan dan manfaat public speaking, 2 peserta memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai kepangudiluhuran dan menginternalisasi nilai tersebut dalam kehidupan mereka, 3 memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum public speaking secara maksimal, 4 peserta memiliki motivasi dan komitmen dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab OSIS. Online public speaking menjadi salah satu nilai pengembangan diri sebagai anggota OSIS dan internalisasi nilai Pangudi Luhur Kata kunci pelatihan; public speaking; pengetahuan; keterampilan; sikap. ABSTRACTPublic speaking skills are one of the many skills that must be possessed by OSIS members of SMA Pangudi Luhur Servatius Kampung Sawah Bekasi. This public speaking training activity is self-development with the aim of training public speaking skills and instilling the value of superiority in the participants. This activity was held in collaboration with the Tarakanita Jakarta College of Communication and Secretaries STIKS with Pangudi Luhur II High School Servatius Kampung Sawah, Bekasi, West Java. The training was carried out through the online Zoom Cloud Meeting media. The results and findings obtained from this training are 1 participants have adequate new knowledge about the purpose and benefits of public speaking, 2 participants have knowledge of superior values and internalize these values in their lives, 3 have the ability to to speak in public public speaking to the fullest, 4 participants have the motivation and commitment in carrying out the duties and responsibilities of the Student Council. Online public speaking is one of the values of self-development as a member of the Student Council and internalization of Pangudi Luhur's values Keywords training; public speaking; knowledge; attitudeSalma Muthia Azhari Tina Hayati DahlanMuhamad Areiz MusthofaThis study aimed to identify the predictions of imaginary audience and personal fable to the aggression behavior of adolescents in the city of Bandung. Participants of the study were 395 adolescents that range 13-18 years old, selected by cluster random sampling techniques. The research data was collected by the New Imaginary Audience Scale NIAS, the New Personal Fable Scale NPFS, and the Buss-Perry Aggression Questionnaire that had been adapted into Indonesian. Processing data research using simple and multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that there was significantly effect of imaginary audience and personal fable on agression behavior. Simultaneously the contribution of imaginary audience and personal fable to adolescent aggression behavior in Bandung is 12%. The contribution of imaginary audience to adolescent aggression behavior is partially higher than personal fable contributionLeptin is an adipocyte-derived hormone that has been implicated to serve as a metabolic signal to the reproductive axis. The role of leptin in pubertal maturation, however, has been a much-debated topic. We have previously reported that leptin serves as a permissive signal to the onset of puberty in the female rat. In an attempt to further understand the mechanics of leptin during pubertal maturation in rodent species, we had three experimental objectives first, to describe the temporal relationship of leptin with development in the male and female rat; second, to seek evidence for an increase in responsiveness of the neuroendocrine axis to leptin by assessing for possible changes in leptin receptor expression during pubertal developmental in the female rat; and, third, to reevaluate the possible role of leptin as a permissive signal to the onset of puberty in the mouse. We found that serum leptin levels remain relatively constant during the prepubertal and postpubertal stages of both sexes. In addition, we could not detect any significant developmental changes in leptin receptor gene expression in the hypothalamus of the female rat. Lastly, we corroborated our findings in the female rat that leptin reversed the delay in pubertal maturation secondary to food restriction but did not advance the onset of puberty in female mice. Together, these results suggest that leptin is not a metabolic trigger for the onset of puberty in the rodent; instead, leptin is one of several permissive factors, whose presence may be necessary but alone is not sufficient to initiate sexual maturation in these secular changes in growth and maturation can be seen as indicators of socio-economic and health status. In most European countries the age of onset of puberty and of menarcheal age has been decreasing during the past few decades. The duration of puberty seems also to decrease, though few studies provide sufficient data to support this postulation. The four Dutch nationwide growth surveys are useful examples assessing the secular trend in pubertal development over the past 45 years. Genetic and environmental factors contribute to the secular changes. Environmental factors seem to be the most important. Recently, attention has been given to substances with oestrogen-like actions that are present in nutrients. The possible role of these substances in growth and maturation is E. FrischRoger RevelleHeight and weight at menarche were estimated by interpolation of longitudinal growth data for 181 girls. Mean weight at menarche, about 48 kg, does not change as menarcheal age increases, whereas mean height increases significantly. Early and late menarcheal girls gain the same amount of height, about 22 cm, and the same amount of weight, about 17 kg, in the interval from the initiation of the adolescent spurt to menarche, though late maturers grow at slower rates during the spurt, including the year of menarche. A hypothesis of a direct relation between a critical weight and menarche is proposed. Such an interaction would explain the delaying effect of malnutrition on menarche and the secular trend to an earlier BrookThe hypothalamo-pituitary-gonadal axis in children is fully functional in fetal life and immediately after birth. The reason why it declines with advancing years of childhood is not clear but gonadotropin pulsatility is at a nadir at 6 years of age. From that time pulsatile gonadotropin starts to reappear but, again, the reason why this happens is completely unknown. All of the events of puberty can be ascribed to pulsatile gonadotropin-releasing hormone stimulation causing pulsatile gonadotropin stimulation of sex steroids. The sex steroids explain the development of the pubertal characteristics; the fact that girls have an earlier growth spurt than boys is explained by the differential effect of oestradiol and testosterone on hypothalamic control of pituitary growth hormone recent study conducted by the Pediatric Research in Office Settings network provided evidence that girls in the United States, especially black girls, are starting puberty at a younger age than earlier studies had found, but the reasons for this are not known. Because nutritional status is known to affect timing of puberty and there is a clear trend for increasing obesity in US children during the past 25 years, it was hypothesized that the earlier onset of puberty could be attributable to the increasing prevalence of obesity in young girls. Therefore, the objective of this study was to reexamine the Pediatric Research in Office Settings puberty data by comparing the age-normalized body mass index BMI-ZS; a crude estimate of fatness of girls who had breast or pubic hair development versus those who were still prepubertal, looking at the effects of age and race. For white girls, the BMI-ZS were markedly higher in pubertal versus prepubertal 6- to 9-year-olds; for black girls, a smaller difference was seen, which was significant only for 9-year-olds. Higher BMI-ZS also were found in girls who had pubic hair but no breast development versus girls who had neither pubic hair nor breast development. A multivariate analysis confirms that obesity as measured by BMI is significantly associated with early puberty in white girls and is associated with early puberty in black girls as well, but to a lesser extent. The results are consistent with obesity's being an important contributing factor to the earlier onset of puberty in girls. Factors other than obesity, however, perhaps genetic and/or environmental ones, are needed to explain the higher prevalence of early puberty in black versus white girls. Henriëtte A Delemarre-Van de WaalSilvia C C M van CoeverdenMia T J EngelbregtIn humans, foetal and early postnatal growth failure may have persistent consequences for growth and pubertal development in later life. During this period, the developing organs are still plastic to change their function, which may have long-lasting effects. At the time of onset of puberty, acute factors may also interfere with pubertal development. Malnutrition, as seen in anorexic patients, and chronic diseases with malabsorption or diseases with systemic effects result in a delayed onset of puberty. We have observed an earlier onset of puberty in girls with low birth weight; menarcheal age also tended to be earlier. In boys, a low birth weight tended to be associated with a later development. Two rat models with growth failure based on perinatal malnutrition have been examined, one with intrauterine growth retardation IUGR by ligation of the uterine arteries and one with postnatal food restriction FR by increasing the litter size postnatally. In both models, the rats had a persistent postnatal growth failure. The onset of puberty in female rats, defined by vaginal opening, was delayed only in the IUGR group. Despite a significantly lower weight, there was no difference in the timing of puberty onset in the FR group. In IUGR rats, the ovaries had fewer follicles, while FR rats had a normal number of follicles but an abnormal maturation pattern. In male rats, both models showed a delayed onset of puberty, defined by the balano-preputial separation, as well as impaired testicular function, shown by decreased testosterone levels. These data indicate that early malnutrition during a critical developmental time window may have long-lasting effects on pubertal development, including gonadal maturation in both humans and rats.
Pubertas merupakan suatu tahap perkembangan seorang anak menjadi dewasa secara seksual. Pada perempuan, pubertas terjadi pada rentang usia 10 − 14 tahun. Sementara pada laki-laki, pubertas terjadi pada kisaran usia 12 − 16 tahun. Dalam masa pubertas, remaja perempuan maupun laki-laki akan merasakan adanya perubahan dalam tubuh mereka. Perubahan tubuh ini terjadi karena pengaruh dari perubahan hormon semasa pubertas. Di masa pubertas, baik remaja pria maupun wanita juga bisa mengalami peningkatan tinggi badan. Pada kasus tertentu, pubertas bisa datang terlalu cepat. Pubertas dini bisa terjadi ketika tanda-tanda pubertas muncul pada saat anak perempuan berusia kurang dari 8 tahun, sedangkan pada laki-laki muncul di bawah usia ix tahun. Anak-anak yang memasuki masa pubertas mungkin akan merasa bingung ketika mengalami perubahan di tubuhnya. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk mengedukasi anaknya yang sudah remaja mengenai pubertas. Tanda Pubertas pada Perempuan Payudara mulai tumbuh Tumbuhnya rambut di kemaluan dan ketiak Menstruasi Tanda Pubertas pada Laki-laki Ukuran testikel dan penis yang membesar Mengalami mimpi basah Tumbuh rambut pada daerah kemaluan dan ketiak Suara menjadi lebih berat Perkembangan Psikis Pada Masa Pubertas Diawali Dengan Perubahan Tanda Pubertas pada Perempuan Pada remaja perempuan, pubertas akan menyebabkan berbagai macam perubahan pada tubuh, seperti Payudara mulai tumbuh Hal pertama yang umumnya dijadikan tanda bahwa remaja perempuan sudah memasuki masa pubertas adalah payudara yang mulai tumbuh, diawali dari expanse sekitar puting. Ini biasanya terjadi pada saat anak perempuan memasuki usia 8–13 tahun. Pada remaja perempuan yang baru pubertas, bentuk payudara yang berubah mungkin bisa berbeda antara payudara yang satu dan yang lainnya, tergantung sisi mana yang lebih dulu tumbuh. Selain terlihat besar sebelah, payudara juga akan terasa sakit atau nyeri, terutama saat disentuh. Rasa nyeri ini akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu. Tumbuhnya rambut di kemaluan dan ketiak Sekitar 15 persen remaja perempuan mengalami perubahan ini lebih dulu sebelum payudara mulai tumbuh. Tumbuhnya bulu halus di surface expanse kemaluan dan ketiak terkadang membuat remaja perempuan malu, sehingga para orang tua harus mengedukasi remaja perempuannya bahwa ini merupakan bagian dari pubertas, dan setiap remaja perempuan akan mengalaminya. Menstruasi Tanda pubertas pada remaja perempuan selanjutnya adalah menstruasi. Kebanyakan remaja perempuan akan mendapatkan menstruasi pertamanya ketika usianya menginjak 12–thirteen tahun, diawali dengan munculnya bercak darah dari vagina yang biasa terlihat melalui noda di celana dalam. Namun, menstruasi pertama setiap perempuan bisa berbeda, ada yang sudah mulai menstruasi sejak berusia 9 tahun, ada pula yang baru menstruasi ketika usianya 16 tahun. Biasanya tanda pubertas ini terjadi dalam waktu kurang lebih 2 atau 2,five tahun setelah payudara mulai tumbuh. Remaja perempuan yang mengalami menstruasi untuk pertama kali mungkin akan merasa takut dan panik. Oleh karena itu, orang tua perlu menenangkan anaknya yang menstruasi untuk pertama kali dan menjelaskan bahwa kondisi tersebut adalah normal. Patut diwaspadai jika remaja perempuan belum juga mengalami haid walaupun tanda-tanda pubertas sudah ada. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi langka bernama hymen imperforata. Tanda Pubertas pada Laki-laki Pada remaja laki-laki, pubertas juga membawa perubahan pada tubuh, seperti Ukuran testikel dan penis yang membesar Pada remaja laki-laki, pubertas ditandai dengan bertambahnya ukuran testis dan penis. Namun, tidak ada patokan yang baku mengenai kapan perubahan ini muncul, tapi diperkirakan dapat terjadi sejak usia 9−18 tahun. Mengenai perubahan ini, orang tua harus mengedukasi anak laki-lakinya bahwa setiap laki-laki bisa mengalami perkembangan fisik yang berbeda-beda, ada yang muncul lebih cepat dan ada yang sedikit terlambat. Oleh karena itu, anak tidak perlu memusingkan atau membandingkan ukuran penisnya dengan penis orang lain. Selain itu, adanya sedikit perbedaan ukuran antara testis satu dengan yang lainnya juga tak perlu dikhawatirkan karena hal ini normal. Meski demikian, tetap sarankan kepada anak laki-laki Anda yang memasuki masa pubertas untuk memeriksa kondisi penis dan testisnya secara teratur ketika mandi. Jika ada benjolan saat diraba, ada perubahan warna, atau terasa nyeri, jangan malu untuk memeriksanya ke dokter. Mengalami mimpi basah Selama pubertas, remaja laki-laki juga akan mengalami mimpi basah, yaitu ejakulasi yang terjadi saat sedang tidur. Mimpi basah dapat terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon testosteron dalam tubuh. Seiring bertambahnya usia, intensitas mimpi basah akan berkurang. Tumbuh rambut pada daerah kemaluan dan ketiak Seperti juga remaja perempuan, remaja laki-laki akan mengalami tumbuhnya rambut-rambut halus di sekitar kemaluan dan ketiak. Suara menjadi lebih berat Pembesaran ukuran laring, yaitu organ di mana pita suara terletak, akan membuat suara remaja laki-laki terdengar lebih berat. Kondisi ini sering dikenal sebagai pecahnya suara laki-laki. Hal ini normal terjadi karena tubuh sedang beradaptasi dengan ukuran laring yang baru. Suara pecah ini akan terjadi selama beberapa bulan, dan biasanya terjadi pada rentan usia 12–xvi tahun. Setelah itu, suara akan terus berkembang hingga sempurna dan biasanya menetap pada usia 17 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, remaja perempuan sudah bisa hamil pada masa subur dan remaja laki-laki sudah mampu membuahi. Pada masa-masa ini pula, seorang remaja akan mengalami peningkatan hormon seksual sebagai perkembangan alami tubuh. Penting bagi remaja dan orang tua untuk mengenali tanda-tanda pubertas. Kemudian, khusus bagi orang tua, berikanlah pendidikan seks yang tepat pada anak remajanya agar terhindar dari bahaya pergaulan bebas. Jika anak remaja Bunda dan Ayah tampak khawatir dengan pubertas yang dialaminya, atau Bunda dan Ayah masih memiliki pertanyaan tentang pubertas, silakan berkonsultasi dengan dokter.
Pubertas merupakan periode dalam rentang perkembangan pada saat anak anak berubah menjadi makhluk aseksual menjadi seksual. Kata pubertas sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti usia masa anak anak akan mengalami kematangan organ reproduksi serta mengalami perubahan dalam pertumbuhan fisik dan juga merupakan periode ketika kematangan fisik terjadi sangat cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan juga tubuh khususnya pada masa remaja awal. Papalia, Olds dan juga Feldman memberi penjelasan jika masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak anak dan juga dewasa yang mengandung perubahan fisik, kognitif dan juga ini akan kami jelaskan perkembangan psikologi pada masa pubertas Merupakan Periode Tumpang TindihMasa pubertas disebut dengan tumpang tindih sebab pada masa tersebut remaja sedang mengalami transisi dari anak anak akhir dan remaja sehingga jenis gangguan emosional pada anak sering terjadi. Sebelum anak matang secara seksual, maka akan disebut dengan anak puber. Sesudah seorang anak matang secara seksual, maka baru akan berubah menjadi Adalah Periode SingkatMasa pubertas berlangsung singkat yakni antara dua sampai empat tahun sehingga peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini sangat anak yang mengalami masa transisi tersebut kurang dari dua tahun maka akan dikatakan cepat matang. Sedangkan untuk anak yang butuh tiga hingga empat tahun dianggap lambat matang yang biasanya juga terdapat perbedaan antara anak laki laki dan perempuan dimana perempuan biasanya lebih cepat matang dibandingkan dengan laki Pubertas Dibagi Beberapa TahapMeski terjadi secara singkat, akan tetapi pubertas biasanya dibagi menjadi tiga tahapan yakni prapuber, puber dan juga pascapuber. Tahap PrapuberTahapan ini berkembang dengan satu hingga dua tahun terakhir masa kanak kanak yakni bukan lagi seorang anak namun juga belum remaja. Dalam tahap prapuber tersebut, ciri ciri seks sekunder bisa terlihat meski organ reproduksinya belum berkembang sepenuhnya. Tahap PuberTahapan ini terjadi di garis pembagi antara masa kanak kanak dan masa remaja dimana kematangan seksual sudah terlihat seperti menstruasi pada perempuan dan mimpi basah untuk anak laki laki. Dalam tahap ini, ciri seks sekunder sudah berkembang dan sel direproduksi dalam organ seks dan gangguan psikologis pada remaja bisa saja terjadi. Tahap PascapuberTahapan ini berlangsung antara tahun pertama atau kedua masa remaja. Dalam tahapan ini, ciri seks sekunder bisa berkembang dengan baik dan organ seks juga sudah berfungsi secara Pubertas Adalah Masa PertumbuhanPerubahan pesat yang terjadi selama masa puber bisa menyebabkan keraguan, perasaan tidak nyaman dan tidak mampu serta dalam beberapa kasus juga bisa menyebabkan perilaku kurang baik yang merupakan fakta psikologi mengatakan jika selama pubertas, anak yang sedang berkembang akan mengalami perubahan status termasuk juga penampilan, milik, pakaian, jangkauan pilihan dan juga perubahan sikap pada seks terhadap kawan jenis. Semua meliputi hubungan antara orang tua dan anak yang berubah dan perubahan pada peraturan yang diberikan pada anak Adalah Fase NegatifBeberapa tahun yang lalu, Charlotte Bubler menamakan masa pubertas sebagai fase negatif. Istilah fase memperlihatkan jika periode yang berlangsung singkat, negatif mengartikan individu mengambil sikap anti pada kehidupan atau terlihat kehilangan sifat baik yang sebelumnya telah juga bukti jika sikap dan perilaku negatif adalah ciri dari bagian awal masa puber dan juga yang terburuk dari fase negatif akan berakhir jika seseorang sudah matang secara Bisa Terjadi di Segala UsiaPubertas juga bisa terjadi antara usia lima atau enam tahun dan juga sembilan tahun. Namun rata rata, anak perempuan pada kebudayaan Amerika sudah bisa matang secara seksual pada usia 13 tahun dan anak laki laki 1 tahun usia terjadinya pubertas dan juga pada waktu yang dibutuhkan dalam proses tersebut menyebabkan timbul banyak masalah pribadi atau sosial baik pada anak laki laki atau perempuan sehingga cara mengatasi kenakalan remaja menurut psikologi harus Motorik, Bahasa dan Emosi Masa Pubertas MotorikPerubahan pada tubuh terlihat dari pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan otot dan tulang serta kematangan organ seksual serta fungsi reproduksi. Tubuh remaja akan mulai beralih dari tubuh anak anak menjadi dewasa yakni kematangan. Perubahan fisik otak juga terjadi sehingga strukturnya semakin sempurna dalam meningkatkan kemampuan kognitif. BahasaKetika seorang bayi terlahir, maka sudah diciptakan bersama dengan miliaran jaringan sel otak yang luar biasa. Ini bisa menjadi pondasi yang sangat penting untuk perkembangan kognitifnya yang didefinisikan sebagai sebuah pola perubahan dalam kemampuan mental seperti belajar, perhatian, bahasa, ingatan, penalaran, berpikir dan juga Muhibin Syah berpendapat jika perkembangan kognitif merupakan perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak ini yang juga disebut dengan perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berhubungan dengan pengetahuan yakni semua proses psikologi yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mempelajari dan memikirkan ini, maka kemampuan kognitif bisa dipahami sebagai kemampuan anak dalam berpikir lebih kompleks dan juga kemampuan untuk melakukan penalaran dan pemecahan masalah. EmosiMerajuk, murung, amarah dan juga kecenderungan untuk menangis akibat hasutan yang sangat kecil menjadi ciri ciri bagian awal dari masa pubertas psikologi remaja. Pada masa tersebut, anak akan merasa khawatir, gelisah dan juga cepat Moral, Agama dan Sosial Masa PubertasMoralPada usia sekolah dasar, seorang anak sudah bisa mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosial. Pada akhir usia tersebut, seorang anak sudah bisa memahami alasan yang mendasari sebuah itu, seorang anak juga sudah bisa mengasosiasikan semua perilaku dengan konsep yang benar dan salah atau baik dan buruk. Sedangkan sikap dan moral pada masa akhir kanak kanak adalahPerkembangan kode moral Di masa akhir anak anak sama seperti remaja, kode moral sangat dipengaruhi dengan standar moral dan juga kelompok dimana anak bisa mengidentifikasi diri dan menjadi faktor penting dalam perkembangan identitas disiplin dalam perkembangan moral Peran disiplin dalam perkembangan moral sangat dibutuhkan dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan suara hati Istilah suara hati mengartikan sebuah reaksi khawatir yang terkondisi pada situasi dan tindakan tertentu yang sudah dilakukan dengan cara menghubungkan perbuatan tertentu dengan hukum di akhir masa kanak kanak Pelanggaran di akhir masa anak anak semakin berkurang yang terjadi karena adanya kematangan fisik dan juga psikologis namun biasanya lebih sering terjadi karena kurangnya tenaga yang menjadi ciri pertumbuhan pesat yang mengiringi bagian awal masa AgamaPada masa sekarang ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan beberapa ciri khususnya dalam ciri ciri pubertas, yakniSikap keagamaan yang bersifat reseptif disertai juga dengan dan juga paham ketuhanan didapat secara rasional berdasarkan kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari secara rohaniah semakin dalam dan pelaksanaan ritual diterima sebagai keharusan SosialAnak yang pubertas sering tidak mau bekerjasama, sering membantah dan juga menentang. Permusuhan terbuka antara dua jenis kelamin berlainan yang diungkapkan ke dalam kritik serta komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa pubertas, anak kemudian menjadi ramah, bisa bekerja sama dengan orang lain dan juga lebih sabar dengan orang Masa PubertasSangat bisa dimengerti jika akibat luas dari masa pubertas, keadaan fisik anak juga berpengaruh pada sikap dan perilaku yang bisa menimbulkan tanda tanda tetapi, ada juga bukti yang menunjukkan jika perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi saat ini lebih kepada akibat dari perubahan sosial dibandingkan dengan perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan sedikit simpati dan juga pengertian yang diterima oleh anak dalam masa pubertas dari orang tua, kakak adik, guru dan juga teman teman, maka akan semakin besar juga harapan sosial periode ini dan semakin besar juga akibat psikologis dan masa perubahan masa puber pada sikap dan perilaku yang paling umum diantaranya adalahIngin menyendiri Menarik diri dari teman, kegiatan keluarga dan sering Tidak lagi menyenangi mainan yang disukai, tugas sekolah, kegiatan sosial dan kehidupan pada Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan dan anak merasa janggal atau sosial Sering tidak ingin bekerja sama, sering membantah dan meningkat Merajuk, kemurungan, ledakan amarah dan sering menangis meski hanya karena hasutan kecil yang menjadi ciri bagian awal masa puber.
perkembangan psikis pada masa pubertas diawali dengan perubahan